Kamis, 06 November 2008

Bercak cinta

Uuuh… betapa tidak menyenangkan berurusan dengan penyakit cinta, aku bahkan tak percaya penyakit itu mampu menjangkitiku. Memalukan dan meresahkan, bagaimana tidak? hampir seluruh aktivitasku mulai makan belajar dan pekerjaanku jadi berantakan gara-gara itu, padahal sebelumnya aku sudah mewanti-wanti pada diriku untuk tidak mendekati permasalahan seputar cin… ah apa itu, bahkan aku masih berat untuk mengatakan itu.

Salah satunya dengan menjadi otaku tulen, aku sudah mulai menikmati ruang kecilku untuk segala aktivitas, selain mandi ama beol tentunya. Tak pernah ku bersosialisasi bertemu dengan orang-orang lebih dari satu jam setiap harinya, terutama wanita dan sepertinya mind-setku sudah terprogram kuat untuk tidak mendekati makhluk itu. Bukannya benci atau jijik, hanya saja aku memang takut terperangkap dalam masalah cin…ehem, karna aku belum siap dan sepertinya tak akan pernah siap.

Kenapa bisa begitu, padahal aku belum pernah mengalaminya?. Oh kalo pake hitungan mungkin susah, kupikir sudah banyak contohnya bagaimana kelakuan dan kegilaan yang dilakukan para pencari cinta. Aku bahkan tak habis pikir, cinta ditolak dukun bertindak, belum lagi mau-maunya bertingkah konyol persis orang blo'on untuk mendapatkannya, bisa menjual harga diri bahkan membunuh orang. Yang paling sadis kok mau, orang bunuh diri karna cin…takh.

Karna itulah kenapa aku enggan mendekatinya, sepertinya mengerikan dan membahayakan, sudah cukup kisah-kisah menyedihkan mengajariku. Meski tak sedikit pula cerita tentang keindahan cinta dan segala kedahsyatannya dalam mempengaruhi hidup manusia. Tapi aku tak mau bertaruh, bisa saja aku masuk ke deretan orang gila yang mengikat lehernya sendiri karna cinta, oooh tidak itu sangt mengerikan bahkan membayangkannya pun aku tak sanggup.

Pesimis? Memang iya tapi bukannya tak beralasan, tidakkah kau tahu cinta penuh dengan pengorbanan dan modal tentu saja. Kalo tak bisa beli cinta dengan harta dan kekuasan, maka harus bermodal tampang atau paling tidak pintar dan cerdas walaupun hanya pintar ngegombal, itu yang dikatakan resep jitu mencari cinta. Dari sekian macam modal yang bisa untuk mendapatkan cinta tak satupun kriteria yang nyangkut dalam diriku, kecuali nasib.

Jadi tak berlebihan kalo kubilang cinta bakal enggan menghampiriku. Aku pesimis dengan cinta karna memang pantas untuk pesimis. Bagaimana tidak? Dilihat dari materi jangankan uang bertumpuk pekerjaan saja tidak tetap. Apalagi tampang dibawah pas-pasan, kurang gaul, eh boro boro, kenalan sama cewek aja bisa dihitung dengan jari. Masalah kecerdasan sebenarnya aku cukup pintar, hanya saja belum ada orang yang mau mengakui kepintaranku. (pinter ngayal). Hanya nasib saja harapan terakhir yang mungkin trjadi, tiba-tiba ada cewek cakep, pinter, kaya dan alergi sama cowok berkriteria ideal dan tanpa disuruh dia udah cinta mati sama aku, tuh kan berkhayal lagi.

Tentu saja aku takut, kenyataan bahwa meski aku tak mau mengenal cinta, tapi api cinta dengan mudah tersulut dalam dada, keinginan untuk dekat dan bersama dengan wanita perlahan menggerogoti tulang sendi menyelinap disetiap rongga tubuh lemahku ini. Rindu dan cemburu menyayat dan melukai seluruh raga.

Didukung dengan keahlian berkhayalku cinta dengan mudah mencabik cabik komitmen dan permusuhanku dengannya, aku telah dikhianati oleh hati yang terus meronta-ronta tanpa perduli bagaimana pikiran jernihku susah payah menceramahi.

Kini aku semakin kurus, lemah, tak ada daya, tak bersemangat lagi untuk hidup. Sambil terus memikirkan apa yang sedang kupikirkan.

Oh ternyata memang benar, sungguh menyakitkan serangan cinta yang tak bersambut, aku semakin mengerti kenapa orang bermodal, mati-matian untuk mendapatkannya. Aku jadi tahu apa yang dirasakan orang yang memilih bunuh diri karna cinta yang mengkhianati, aku sadar kenapa tiba-tiba tubuhku bergerak sendiri mencari seutas tali.

Oh… apakah ini pilihan terakhirku setelah virus cinta berhasil menyiksaku, menginjak injak akal sehatku, dan merobohkan tembok terakhir pertahananku.
Aku sudah hancur…..

By: mahfud

1 komentar:

  1. cin... Aaahck... aku jadi ikut-ikutan nggak bisa ngomong Ore? gimana kalau sebut saja "C" (celet) hehehe

    aku bukan salah satu orang yang hancur karena C hm... maaf tapi aku bisa dikatakan orang yang selalu gagal dalam bercinta. buktinya aku sering di tolak cewek entah karena aku terlalu tampan (HUWEK) jadinya para wanita merasa nggak level denganku, UHuiy... cuih. atau malah kebalikannya. tapi dibalik itu semua bukan berarti aku hancur, malah sekarang aku bisa tertawa dan aku bisa sedikit mengendalikan emosi, mungkin karena aku sering mencoba mengerti dari kisah-kisah yang sudah aku lalui.
    intinya C itu buatku sebuah pembelajaran untuk mmenjadi manusia sejati, dari situ aku belajar perasaan wanita, dari situ aku belajar membaca buku shio,dari situ aku membaca buku primbon, dari situ aku membaca buku mempelajari sifat2 manusia, dari situ aku membaca buku cara mengenal kekurangan diri dan masih banyak lagi. dan dari situ aku muai membelot dari pencari arti C kini berubah ingin menjadi manusia, learning to be human... tapi bukan berarti aku sudah tak mau C, aku tetep suka mencari C untuk di pelajari sikap orangnya,mempalajari masalah-masalah yang akan lebih mendewasakan aku, bukan unutk mempelajari tubuhnya, tapi kapan-kapan ku coba nggak pa2 hahaha...
    caw... samapai jumpa

    BalasHapus