Sabtu, 13 Desember 2008

Mengetik Huruf Jepang

Mengetik Huruf Jepang

Kali ini ore mau bagi tips bagaimana cara agar bisa nulis huruf jepang di komputer yang tidak didukung dengan fasilitas buat ngetik huruf kana. Di sini ore menggunakan fasilitas autoCorrect yang ada di microsoft word. Caranya agak ribet makanya harus sabar dan telaten.

Pertama nyalakan komputer (itu sudah pasti), buat file baru di MS word, masuk ke menu Insert trus tekan Symbol maka otomatis kita masuk Jendela symbol. Kemudian di kotak font gantilah nama font menjadi SimSun, Gulim, atau (Asian Text), diantara simbol-simbol yang muncul terdapat huruf hiragana dan katakana. Kemudian masukkan semua huruf kana tersebut ke lembar kerja dengan menekan tombol insert atau klik dua kali pada hurufnya.

Setelah semua huruf jepangnya dah nongol, langkah selanjutnya masuk lagi ke menu Insert kemudian tekan Autotext. Setelah jendela Autotext muncul, pilihlah menu AutoCorrect. Selanjutnya di kotak With kita masukkan satu per satu huruf kana ke dalamnya. Karena tidak bisa diketik terpaksa kita gunakan copy paste dari lembar kerja yang sudah kita sediakan tadi. Trus di kotak Replace kita ketik bacaannya dengan menambahi dua koma di belakangnya. Setelah itu tekan Add. Untuk lebih mudahnya ore kasih contoh

Hiragana
Replace: a,, With: あ, か : ka,, さ : sa,, た : na,, は : ha,, ま : ma,, や : ya,, ら : ra,, わ : wa,, じゃ : ja,, ん : n,, ぶ : bu,, dan seterusnya.

Untuk huruf kecil seperti ゃ harus menggunakan bacaan yang berbeda dalam kotak Replace. Misal や besar pake dua koma untuk ゃkecil kasih tiga koma (ya,,,) atau y tanpa a ( y,,) terserah mau yang mana. Dan kenapa harus dua koma kok ndak satu aja, itu supaya tidak mengganggu waktu kita mau nulis " oh gitu ya, … " trus "ya" nya brubah jadi "や" , kan ndak lucu. Lagi pula format tulisan yang pake dua koma juga hampir ndak ada, jadi untuk menghindari salah paham kita gunakan dua atau tiga koma.

Untuk yang katakana pada kotak With tulisan bacaannya diikuti dengan dua garis miring. Contoh:

ア : a// カ: ka// サ: sa// タ: ta// ナ: na// ハ: ha// マ: ma// ヤ: ya// dan seterusnya

setelah selesai bisa langsung digunakan. Caranya kalau ingin ngetik huruf "す" maka ketik aja su,, dengan dua koma, maka secara otomatis akan berubah menjadi su dengan huruf hiragana, atau su// untuk yang katakana. Memang agak lama sebab untuk menulis satu huruf saja perlu menekan tombol empat kali. Tapi mending dari pada harus satu-satu ngambil dari Kotak Symbol. Apalagi kalau sudah terbiasa ngetik cepat maka berapa kali tekan sudah bukan masalah.

untuk kata yang sering dipakai, kita juga bisa buat langsung jadi seperti
です : desu,,
ました : mashita,,
わたし : watashi,,
ありがとう : arigato,,
ナルト : Naruto,,
カカシ : kakashi,, dst.

Untuk huruf kanji kita juga bisa gunakan cara yang sama, itu kalau kamu siap kerja lembur tanpa gaji, kalo ore ndak sanggup mengingat jumlah hurufnya yang ribuan, bisa teler sebelum subuh. Tapi boleh juga di coba, mungkin cuma untuk kanji yang paling sering dipakai seperti 思 : omo,, 私 : watashi 夢 : yume,, dll. Tapi jangan banyak-banyak bisa mabok.

Selamat berjuang, buat yang ndak mau repot ndak usah dicoba, apalagi yang belum bisa baca hiragana pasti tiada guna. Buat ore suka-suka aja mo dibilang percuma juga ore cuek aja. So, monggo kerso sing pingin iso, dicobi mawon mboten napa-napa.

ありがとう ございました, じゃあ またね…!

ORE WA HITORI JANAI

ORE WA HITORI JANAI

Sekapur sirih tentang ore
Ada yang tidak biasa dalam setiap tulisan di blog ini, yakni banyaknya kata ore. Alasan kenapa subyeknya disini banyak yang pakai "ORE", sebab bagi ore kalau pake "AKU" kesannya agak sombong dan kaku, pakai "SAYA" itu sudah biasa, ore pengennya yang agak beda, rasanya terlalu formal aja padahal ore suka bab nyantai. Pakai "GUE" ore bukan orang Jakarte, pakai "ELO" artinya ndak sama dengan ore. Akhirnya ore dapat kata yang lumayan cocok buat ore.

Terinspirasi dari ucapannya Kuraudo (baca: cloud) dalam ADVENT CHILDREN pilem FINAL FANTASY VII, di endingnya dia bilang "Ore wa hitori janai", yang artinya "aku tidak sendirian" atau kalau di inggrisin jadi I'm not alone. Kalau kisahnya dikutip dengan bebas kira2 gini, kuraudo orang yang hebat dan berbakat, tapi dia sering pesimis bisa membantu orang dekatnya, malahan dia berpikir dirinya tidak berguna dan bikin susah mereka saja, makanya dia memilih pergi dan menyendiri. Nah ketika terjadi sesuatu semua orang dekatnya datang membantu, memberi semangat dan akhirnya dia kembali sadar bahwa banyak orang sekitar yang perduli dan membutuhkan keberadaannya. Di akhir cerita kuraudo terbangun dan mendapati teman2nya tengah menunggu didekatnya habis itu dia bilang ore wa dst. . (jadi pengen keyk Kuraudo, keren abiiiiiss man)

Kenapa Kuraudo, sebab ada kesamaan antara ore dan dia (ih, apanya yang sama?), dalam keseharian selalu merasa sendirian, kesepian di tengah keramaian, kurang diperhatIkan, berpotensi tapi tidak tersalurkan, tampang keren tapi kurang perawatan (agak didramatisir he..3x). Mangkanya biar bisa bangkit macam Kuraudo ore petik aja satu kata darinya, sebagai pengingat bahwa ore tidak sendiri dalam menjalani hidup ini.

Kembali tentang "ORE", berasal dari bahasa jepang yang artinya saya, bentuk gaul dari kata watashi artinya juga saia. Dalam bahasa jepang yang memiliki arti saya bukan hanya watashi, masih ada boku, watakushi, atashi, washi, ware ware, *inyong*, termasuk ore. Selain itu dalam bahasa inggris ore juga bisa berarti bijih bahan tambang, yang kalau dalam game Final Fantasy item ore digambarkan macam batu mulia yang berkilau, meski tidak sehebat item yang lain tapi tetep aja berharga, kalau dikumpulin banyak bisa dijual jadi duit deh, bisa beli senjata baru.

Bukannya bermaksud merusak tatanan bahasa indonesia yang sudah baku, tapi lebih mengarah pada pembentukan ciri identitas (masak sih?..). Hmmm.. pertama memang agak aneh menggunakan kata ore, tapi kelamaan makin enjoy aja, soalnya ada sensasi yang lain, misalnya bisa dibaca dengan kesan sudut pandang orang yang berbeda. Bagi yang ndak ngerti artinya "ore" kan dikira itu nama orang hay..hay..hay..*ketawanya tuan crab bos e sponge bob*

Jadi jangan kaget dan jangan heran, biar dikata bikin bahasa gaul sendiri atau ngimpor ilegal dari luar negeri ore PeDe2in aja, selama ndak bikin rusuh atau mengancam perdamaian dunia, "ore" akan tetep dipakai dalam tulisan di blog ini meski ndak seratus persen. Kecuali warga kampung pada demo gara-gara ore, tapi apa salahnya ore ?.

............. itulah kenapa kok ore.

Menulis cara ore

Menulis cara ore

" Eh ternyata kamu bisa menulis juga yah, bagus lagi"
" ah masak sih, perasaan ore sudah bisa nulis sejak SD tuh, masak baru tahu sekarang sih?"

gitu kira2 kalo ore sedikit mbanyol. Tapi sejujurnya emang baru sekarang ore nyoba belajar bikin sebuah karya tulis. Agak norak dan wagu makanya masih butuh banyak belajar dan motivasi biar bisa menulis dengan tulisan yang mirip karya tulis. Itung-itung buat nglatih kemampuan nulis, ore juga mau berbagi tips dan saran tentang menulis cara gue (nyontek iklan LA). Meskipun di dunia maya sudah berjibun tersedia tips-tips dan cara bagaimana menulis dengan mudah, ore juga mau maksain ikutan masuk diantara jibunan tersebut.

Perjalanan menulis ore banyak yang terinspirasi dari hobi bikin gambar kartun. Kalau dirasakan lebih dalam sebenarnya juga tidak jauh-jauh amat antara bagaimana supaya bisa menggambar dan bagaimana biar bisa menulis, semua bisa dilatih kok. Ok, menurut pengalaman ore dari seorang bukan-penulis sampai menjadi penulis amatiran begini, pertama Ada hal-hal dasar yang perlu ditanamkan dalam diri bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang penulis.

Diantaranya menyadari fakta bahwa
1. Aku sudah bisa membaca dan menulis. ( kan sejak SD udah diajarin)
2. Aku bisa komentar, berkabar dan komunikasi. (misal: ..idih siapa sih yang kentut?, eh bukan aku loh…)
3. Otakku masih normal dan waras . (orang gila ndak akan baca tulisan ini)
4. Banyak masalah yang bisa ditulis (mulai dunia nyata sampai dunia maya)
5. Jari tangan kita ada sepuluh ( kalo yang ini anak kecil juga tahu)

setelah sadar kalau ternyata kita sudah bisa nulis ambil pensil kertas atau nyalain komputer, pinjam juga boleh. Komentari, tuangkan, kabarkan, gambarkan apapun yang bisa kamu ingat menjadi bentuk tulisan. Kalau masih susah, berpikirlah dan tulis apa yang ada dipikiranmu, contoh : "aduh gimana nih otak rasane buntu ndak bisa mikir,…" nah tulislah maka jadilah tulisan. Banyak hal yang bisa ditulis mulai dari yang remeh temeh sampai yang serius plus ex kuadrat. Gerakkan jarimu tulislah sesukamu, jangan pernah menganggap yang kamu tulis itu adalah hal bodoh yang sia-sia, asal disimpan rapi beberapa tahun kemudian jadilah tulisanmu sebagai transkrip sejarah, sejarah kamu waktu dulu belum bisa nulis, dijamin pasti senyam-senyam waktu baca tulisan sarat kenangan, itu bisa memunculkan semangat dan inspirasi baru bagimu.

Selanjutnya kalau di gambarkan, ibarat komputer, tangan adalah printernya, selama memory otak kita memilki data-data yang ingin di cetak maka bisa ditampilkan lewat suara atau tulisan. Ndak punya bahan ndak punya ide? itu omong kosong, nglamun aja jago, yang ada kita malas dan malu bikin tulisan. Malu dibilang jelek, takut disalahin, buang-buang tinta (yang ini terlalu). Tipsnya menulslah dengan bebas dan jujur, kalau mau komentari tetangga kamu yang bodinya gembrot, cerewet, hitam, galak, pelit, ya ditulis aja apa adanya asal jangan dipublikasikan, alamat ndak bisa nulis selamanya.

Menulislah apa yang ingin kamu tulis. Terlepas bagus tidaknya tulisan yang penting sudah menghasilkan tulisan. pepatah bilang, jelek-jelek milik sendiri (eh tapi apa bener itu sebuah pepatah?), jadi pede aja jelek-jelek kalau karya sendiri, seburuk apapun kalau punya sendiri masih ada nilainya.

Kisah transformasi ore dari kartunis menjadi penulis bukan tanpa hambatan, seperti semangat ngedrop, putus asa lantaran ndak bisa-bisa, atau pesimis bisa jadi penulis, hal seperti ini wajar kok. Hanya butuh jeda istirahat dan perbarui niat, tekad dan percaya bahwa ore juga bisa menulis.

Sebenarnya hampir sama antara menggambar dan menulis, intinya menuangkan apa yang ada di pikiran / imajinasi kita, mengalir dan biarkan hati kita yang mengarahkan mau dibawa kemana tulisan itu. rangkain kata yang semrawut atau gaya bahasa yang kurang menarik bisa di edit belakangan, yang penting maksud utama telah tersampaikan. Seperti halnya goresan gambar yang masih bisa dipoles, diarsir dan diwarnai sesuai selera, setelah jadi kan tampak cantik. Kok ribet gitu? Ya memang kudu gitu sebagai pemula, jangan harap sesuatu yang baru dimulai bisa langsung sempurna.

Sekedar untuk latihan gunakan prinsip " POKOKE TULIS " alias ndak usah mikir benar salah serta berbagai aturan jurnalistik yang memusingkan para tetangga. Buat ore sendiri, ore siapkan buku tulis khusus ukuran besar buat menumpahkan segala isi pikiran, emosi, uneg-uneg, ide, gagasan, catatan peristiwa, ngegombal, mimpi, de el el, macam diary tapi lebih kearah model tulisan free style, malah sekarang sudah hampir habis tiga buku ( dan ore ndak pernah perduli mau ore apain tulisan2 itu nanti, yang penting ore harus nulis sesuatu tiap hari).

Setelah terlatIh mengungkapkan isi hati dan pikiran nanti juga bakal bisa dengan sendirinya bagaimana cara nulis yang enak dan menarik. Asal jangan lupa suplay untuk asupan otak juga harus di imbangi, rajin2 baca buku atau majalah, cerpen atau berita buat contoh dan referensi, setiap orang punya ciri dan gaya sendiri, kalau beruntung kita bisa buat gaya kita sendiri.

Sebagai motivasi, anggap saja menulis sebagai hiburan atau sebagai investasi intelektual, dengan menulis kita juga bisa belajar, bercermin pada diri, introspeksi, menyampaikan pendapat, mengarsip ide dan gagasan, merekam kejadian, media pelepas stress dan masih banyak lagi manfaat menulis yang lain. Terlebih jika layak bisa dipublikasikan dan menghasilkan uang tambahan, enak kan?. Sekilas info: di jepang seorang penulis bukan hanya didominasi oleh orang-orang pintar berpendidikan tinggi. Mulai dari ibu rumah tangga sampai kalangan artis semua bisa menulis buku. Kenapa kita tidak, pastinya bisa saja kalau mau, resepnya antara lain seperti yang ore contohin di atas.

Nah, setelah terbiasa dan bisa enjoy bikin tulisan, barulah bisa di arahkan sedikit serius sesuai keinginan, bisa difokuskan untuk nulis buku, berita, novel, artikel, naskah komik/film atau menulis tentang diri sendiri macam otobiografi. Selamat mencoba. Ganbatte ne...!

Senin, 01 Desember 2008

Ngomik




Ngomik
Oleh: tukangayal

Sebagai penyandang gelar otaku ( otot pada kaku ) ore juga pernah bermimpi bisa membuat komik sendiri. Ini gara-gara terpengaruh kesukaan ore baca buku komik jepang dan kebetulan ore gemar corat-coret. Ore sering dibuat ngiler sama goresan tangan-tangan terampil para komikus dalam menuangkan dan mengekspresikan imajinasi mereka dalam gambar. Dulu ore kira coretan-coretan itu adalah hasil perbuatan benda canggih yang disebut komputer, wajar aja sebab ore belum pernah ketemu orang dengan kemampuan menggambar yang sehalus dan simetris macam gambar di komik. Tapi setelah lama ore mencoba dan berlatih menggambar sambil nyontek yang ada dikomik, ore baru percaya kalo itu benar-bener hasil coretan tangan. Apalagi belakangan ore ketemu kartunis berbakat yang sanggup mengalahkan goresan tangan ore, gambarnya bisa sehalus dan detail seperti yang ada di komik2 jepang. Orang itu tidak lain adalah sodara kecil ore sendiri. Tak jarang ore dibuat kelabakan gara2 tidak sanggup mengejar kemampuannya yang makin terasah, bahkan dia sudah bisa menghasilkan karya beberapa judul komik, tapi sayang belum sempat dipublikasi. Sementara ore , I'm still dreaming, kawaisoo.

Kisah ore dalam mengejar mimpi menjadi seorang komikus bukan tanpa usaha. Dengan bermodal minat dan bakat seadanya ore meningkatkan porsi latihan ore demi menghasilkan gambar yang bisa setingkat dengan komik jepang (emang paling suka sama komik gaya japan she..). Dan ketika gambar ore sudah ada kemajuan, latihan komik pun ore jajal. Sret..sret.., oooh, ternyata bikin komik tidak segampang yang dibayangkan. Ore baru sadar kalau ngomik itu bukan hanya masalah nggambar, tapi ada elemen lain yang musti dikuasai dan dibakati (istilah mana itu?), tentu saja masalah cerita, alur, konflik, didukung imajinasi yang kuat serta penggambaran suasana yang bisa membuat komik itu menjadi menarik, ya semacam bikin film gitu (kayak pernah bikin film aja), jadi seorang komikus harus bisa merangkap posisi sebagai sutradara, pengatur gaya, penulis skenario, dan tentu saja harus bisa menggambar. Bayangkan semua pekerjaan itu dilakukan sendirian, hebat kan?.

Singkat cerita ore sudah berkali-kali mengalami pasang surut dalam usaha menjadi komikus, dan sayangnya sampai saat ini masih belum kesampaian (kapan ya?). Beragam argumen ore keluarkan sebagai bentuk keputus asaan dalam usaha ore. Tapi ore juga sering munsuport serta memotivasi diri ore sendiri biar gak berhenti berusaha. Simak aja cuplikan perdebatan ore yang ore bikin dialog.

Ore 1: "Gimana ini ternyata ore gak terlalu berbakat untuk jadi komikus, mana gambar masih belepotan lagi ".
Ore 2: "Hei bakat bukan yang paling utama, yang penting kita jangan berhenti usaha, apa belum pernah dengar cerita ibnu hajar, bahkan batu bisa dekok gara-gara tetesan air"
Ore 1: "Waktu ore kan bukan cuma buat nggambar, lagi pula prospeknya juga belum jelas buat ore, ini Indonesia coy…komik lokal belum bisa dihargai, meski bisa bikin komik juga mana bisa laku ngalahin komik jepang yang amit-amit pasarnya".
Ore 2: "Ah jangan pesimis gitu, anggap aja ini hobi, yang penting kan kita seneng, prospek atau tidak itu urusan belakang, sapa tahu ada peluang buat nyalurin bakat ini".
Ore 1 : "emang bener sih, tapi hobi ore kan bukan cuma gambar, belum lagi kelakuan ore yang gampang bosan, pengennya gonta-ganti suasana, kurang bisa fokus ke satu hal saja. Belum lagi masalah ngomik emang susah kalau jalan sendiri, coba kalau punya komunitas kan bisa lebih semangat".
Ore 2 : "ya disiasati dong, meski bikin komik bukan target utama, paling tidak kualitas gambar bisa terus dikembangkan, bisa bikin karikatur, lukisan atau kartun2 yang lain. komunitas sih ada aja, salah sendiri ndak mau keluar kandang, mana bisa ketemu orang yang searah dengan kita?".
Ore 1 :"namanya juga lagi bete, bawaannya males aja mau nglanjutin nggambar, mending ganti yang lain dulu ah. Entar kalo pas lagi pengen juga bakalan nggambar lagi"
Ore 2 : "Halah kebiasaan, dasar pemalas, suka nunda-nunda kerjaan"
Ore 1 : "Hei sapa lo brani ngatain ore, pengen ore jitak ya, hah?!"
Ore 2 : "Loh kok jadi marah-marah gitu sih, kalo ndak suka ya ndak usah didengerin, gitu aja marah"
Ore 1 : "Apa katamu..!!"
Ore 3 : " STOP STOP, kok malah berantem, sekarang kan bukan adegan ribut-ribut."
Ore 1 :" Siapa kamu, ikut campur saja masalah orang!"
Ore 4 : " eh mas..mas, sudah dong semua kan bisa dibicarakan baik-baik".
Ore 1,2,3: " Ngapain juga kamu ikutan nongol di sini, berisik tau!!"
Ore 4 : "Apa kau bilang? Dasar tidak tahu diri!!!, Rasakan ini, pukulan kecoa mabok, heyaa...."
Ore 2 : "Aduh!, dasar gila, terima ini, Cipratan comberan mampet...!!"
Ore 1 : " coba yang ini, SENTUHAN RODA GILA..!!" (Jruot).
Ore 1,2,3,4 : (pada brantem pake jurus-jurus aneh bin nyleneh) gabruk..! ceprot..! jeblug...!! Jdeeer..!
Ore 3 : "kyaa...! rasakan jurus pembalasan, muntahan pluru karet nasi bungkus..!", (cwing..cwing)
Ore 4 : "Pentungan Satpol PePe..!!" (tuing..)

Waduh-waduh kok malah jadi begini. Maap-maap suasana makin panas nih, jadi ndak terkendali, disudahin aja ya, ore cabut dulu mas, misi.... (-_-)! Hmmm.. bikin malu aja.

.............

Ore 5,6,7,8,9 :"Hoeee pada ngapaiin, ore ikutan duoong!!. Ini.... jurus Serbuan antri BBM ..!!" GROMPYANG..!! \(^o^)/ \(^o^)/ \(^o^)/

Indonesiaku yang sempit



Indonesiaku yang sempit

Negara kita kaya akan budaya, negara kita penuh kemajemukan. Negara kita juga saling menghargai perbedaan. Ragam budaya dan bahasa menjadi aset berharga yang harus dijaga, dan keragaman itu menjadi inspirasi para seniman sejati.

Kira-kira seperti itulah ore menggambarkan indonesia yang katanya sudah merdeka pada taon empat lima. Yang mau ore omongin di sini adalah seni dan budaya. Kritik sambal untuk para seniman dan nasib budaya bagi kaum muda. Uneg-uneg yang ore omongin di sini berdasar apa yang ore lihat saat ini dan belum diuji kebenarannya secara ilmiah jadi gak usah napsu dulu dibuat rujukan.

Maksud ore seniman yang mo dikritik di sini adalah seniman di dunia entertainment, lebih spesifik lagi dunia perfilman dan khususnya sinetron. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kualitas sinetron kita emang sering kebanjiran kritikan dari pengamat masalah perfilman (dan sejak kapan ore ikut mengamati pilem?), sepertinya mereka sudah dapat suntikan imunisasi KK (kebal kritik) atau memang mati suri dalam kreativitas.

Yang sering ore amati khususnya dari segi pendidikan dan pesan moral. Mulai kasus pergaulan bebas para anak muda, exploitasi perempuan yang makin berani, ibu-ibu pecandu gosip, para bapak yang doyan selingkuh, belum lagi gaya hidup serba mewah yang tidak mencerminkan wajah orang indonesia yang rata-rata masih kesusahan. Jujur aja ore ngrasa miris kalo liat sinetron sering ada wajah-wajah iblis bermunculan (emang sih Cuma ekting, tapi seperti menunjukkan beginilah kelakuan orang kita di mata dunia). Sementara ore juga rada sebel liat peran orang yang memiliki kebaikan dan kesabaran tingkat tinggi seperti orang-orang suci (bukannya tidak suka, tapi kesannya amat sangat terlalu dibuat-buat, bisa dibilang mati rasa untuk ukuran orang awam. begitu barangkali), padahal seting filmnya itu kehidupan normal biasa dan bukan seting dunia lain.

Ekting yang berlebihan, ekting peran antagonis atau orang lagi emosi, entah artisnya yang kurang pro ato sutradaranya sengaja begitu, kalo ada antagonis selalu saja wajah iblis yang dimunculkan, mata melotot kepala diangkat suara dikencengin, otot sarap mengencang sejadi-jadinya dan kameraa roll eksyen!!. Aaaummkh...!! Terlihat sekali si aktor membuang sama sekali unsur manusiawi dalam diri tanpa sisa. Maksud ore bukannya ektingnya buruk, bagus kok, nyatanya berhasll membuat penonton sebel liat orang macam yang diperanin si aktor. Yang menggeltik ore untuk mengomentari adalah seakan-akan kami para pemirsa dianggap bodoh dan kurang sensitif dalam menangkap keantagonisan sang pemain sehingga sang sutradara perlu membikinnya seekstrim mungkin dengan menonjolkan sisi gelap dari ekspresi sang artis secara berlebihan. Padahal menurut ore ekspresi yang wajar akan lebih membuat penonton berempati pada peran antagonis yang menjadi jahat bukan semata-mata tanpa alasan. Bukankah pada dasarnya sifat manusia adalah manusiawi, asalkan citra buruk lebih ditekankan melalui kedalaman cerita maka tak perlu si antagon berubah menjadi iblis. Sebab antagonis tidak selalu jahat, kecuali kalo memang lagi peran kerasukan jin penunggu pohon kwaci, itu sih memang cocok.

Tentang budaya, trus pilem hubungannya dengan budaya kita apaan, yah ini baru setahu ore aja sih. Itu tuh budaya jakarta, memang sih karena pilem kita didominasi dengan setting orang jakarta (aduh sempit amat ya mo bikin pilem di indonesia). Kalo masalah itu ore yakin karna masalah waktu dan biaya, mo nyari lokasi suting di luar jakarta kayaknya ndak ada yang cocok sama kocek. Dan seakan-akan di mata dunia, indonesia adalah hanya jakarta dan bali, yang terjadi seniman kok dibatasi, kalo sudah begitu bagaimana bisa dibilang kreatif?. Yang menjadi masalah adalah kekhawatiran ore akan terjadinya menjakartakan indonesia. Lho kok gitu? Sebentar, sabar dulu jangan terburu menafsirkan, itu hanya istilah ore aja kok. Emang gak banyak sih contohnya, tapi yang bikin ore tersinggung, orang jakarta aja bukan, tapi sok bilang lo en gue, dan parahnya anak muda sekarang seakan dipaksain ngomong ke gue daripada elo pade kalo mo gokil abiisss. itu kan sama saja membunuh identitas diri. Gue malu kalo bilang inyong atau urang kalo dijakarte, (oo.. gitu ya) trus kenapa ndak malu udel sama ketiak elo obral dijalanan (maksude jalan-jalan pake baju terbuka untuk umum, hush ada yang lirak-lirik tuh! Sapa hayoo..).

Menurut pandangan sempit ore, seakan-akan indonesia hanya milik orang jakarta sehingga stasiun televisi lebih banyak menampilkan acara berbau dan berbudaya kota metropolitan. (ya terang aja lho wong stasiun tipinya aja pada ngumpul di jakarta). Dan secara tidak langsung mengajarkan para pemirsanya mengikuti tingkah laku para pelaku sang selebritis. Kita tahu seberapa besar pengaruh televisi terhadap perkembangan pendidikan dan budaya, kita juga tahu rata-rata rakyat kita menjadikan acara televisi sebagai menu wajib di setiap rumah. Kita juga tahu anak-anak dan pemuda adalah generasi penerus bangsa, trus mau dibawa kemana negara ini (ya ndak tahu, emangnya siapa yang kuat ngangkat negara kok pake dibawa-bawa?. Tuh kan mbanyol lagi, kebiasaan kalo ndak bisa jawab suka berkelit, main petak umpet, trus kalo dah capek ganti mainan baru, gitu aja kale..).

Bagaimanapun itu adalah potret bangsa indonesia dimata salah seorang warganya (maksudnya ya ore gitu). Ore seakan tak henti-hentinya protes kenapa tuh tipi kok isinya Cuma wilayah jabotabek, ore yakin ini salah satu penyebab kenapa para pencari cinta (cinta harta dan dunia) banyak berbondong-bondong ke sana. Mereka terhipnotis menjadi seekor semut yang mencium aroma gula yang bernama jakarta. Belum lagi, mentang-mentang para pemirsanya suka sama acara tertentu lantas rame-rame buat acara gituan terus-terusan sampe kering mampus, Bukan begitu?, yang setuju monggo, yang gak setuju gak usah demo. lof en piss. Misi...

Gomenasai machigai areba.

Bercak cinta (2)

Bercak cinta (2)

Aku menimang-nimang tali yang kudapat dari tong sampah depan rumah. Tali rafiah berwarna merah. Aku mulai cemas dengan tindakanku ini, tapi sekali lagi tubuh bagai tersihir bergerak sendiri tak kuat menahan siksa perih oleh cinta yang pilih kasih. Ku mendongak keatas, berputar, mencari sandaran untuk tali yang telah kusiapkan.

Tak terasa sudah tiga jam aku terus berputar-putar berkeliling apartemenku yang atapnya polos dengan plafon dari semen. Terang saja tak ada tempat untuk menggantungkan tali rafiahku. Lebih tepatnya aku hanya mondar-mandir dengan keraguan untuk melaksanakan niatku. Sebenarnya kalau memang mau serius bukan hanya tali media yang bisa direkomendasikan. Pisau yang bisa memotong urat nadi ada di dapur, obat nyamuk cair bisa diminum tersedia di rak lemari, letak apartemenku di lantai lima cukup untuk memecahkan tengkorak kepala, kereta api express lewat setiap hari, atau jembatan dengan sungai yang cukup dalam tidak jauh dari sini. Walaupun belum pernah ku mencobanya tapi itulah yang diajarkan pendahuluku untuk mengakhiri hidup mereka.

Sepertinya masih ada bagian tubuhku yang menolak untuk eksekusi, perang batin berkecamuk, menusuk-nusuk, menangkis, menyerang dan menghindar. Sangat ramai kalau di visualisasikan. Tubuh lelah mata mengantuk, kemudian kurebahkan tubuhku, kecapean dan tertidur. zzzz

****
pagi ini aku memaksa keluar kamar untuk refresh pikiran agar bisa lebih jernih. Aku teringat cerita ketika masih di sekolah, Kisah orang yang mati belum waktunya dengan memutuskan nyawa oleh tangan sendiri, oh betapa sengsaranya arwah gentanyangan tak diterima kubur dan dipastikan neraka menunggu di akhir waktu. Kisah itu menyadarkanku agar tak meneruskan rencana gilaku. Dan memang konyol dengan alasan apapun, daripada mati di tangan sendiri, Lebih baik mati ditangan orang apalagi bisa berguna untuk orang lain. Kuperhatikan sepanjang jalan, kali aja ada orang menyebrang yang mau tertabrak mobil maka aku akan mendorongnya dan kuganti dengan tubuhku. Oh tidak.. aku berkhayal yang tidak-tidak lagi.

Kuingat-ingat kembali bagaimana pertemuanku dengan wanita yang menyebabkanku mengalami penderitaan cinta si patkai. namanya enny, wajahnya cantik meski tanpa make up, mahasiswa cerdas dan pintar, kaya dan berwibawa, aku yakin dia juga jadi incaran orang sepertiku bahkan diatasku atau bahkan sudah dimiliki orang. Sungguh tipe wanita ideal dikelasnya. she's so perfect. Dia setara dengan artis telivisi hanya saja belum dikenal produser. Sebenarnya sudah sering aku melihat wanita yang secantik enny, ya di televisi itu.

Tidak realistis tipe wanita yang ku idamkan, terlalu high class sementara aku yang tergolong buntut class. Justru itu alasan kuatku kenapa aku berusaha menjauhi cinta temannya narkoba, sama-sama memabukkan dan berbahaya, sulit mendapatkannya dan selalu membuat ketagihan bagi yang pernah merasakannya. Lagi pula aku juga takkan pernah jatuh cinta kalau tidak mengenalnya.

Gara-gara aku mencoba menolong ketika dia sedang digoda oleh pemuda yang sedang mabuk. Sebenarnya aku tak murni ingin menolongnya juga sih, karena kebetulan pemabuk itu adalah orang yang sering mengganguku dan suka minta jatah uang untuk beli minuman, sementara aku tak bisa berbuat apa-apa sebab dia selalu bersama teman geng nya.

Suatu kebetulan, dendam lama muncul bersamaan kesempatan parasit sialan itu sedang tak bersama temannya dalam keadaan mabuk pula. aku mengincarnya pelan-pelan dari belakang, sedangkan dia sibuk menggoda enny yang terus meronta. Kuangkat tasku yang berisi macam-macam barang yang lumayan keras untuk menghajarnya. Waktu itu benar-benar menegangkan, dengan sekejap darahku memanas serasa iblis telah merasuki tubuh, belum pernah kurasakan hawa pembunuh sedahsyat ini. sekuat tenaga kuhantamkan tas bawaanku ke arah kepalanya sebanyak tiga kali, aku bener-benar menikmati tiap-tiap pukulannya tanpa memikirkan isi tasku yang akhirnya akan ku sesali nantinya.

Tiga kali pukulan pemuda itu roboh dan botol minumannya terpental keras dengan suara pecahan yang tak asing ditelinga. Pemuda itu mencoba bangkit lagi sementara nafasku agak tersengal-sengal karna pukulan yang kulayangkan terlalu kuat dan menguras tenaga, tapi pemuda itu seakan tak menunjukkan rasa sakit sedikitpun hanya wajah blo'onnya yang menyeringai karena pengaruh minuman setannya.

Melihat situasi itu aku memilih untuk kabur, karena tak mungkin aku adu kekuatan menghadapinya, bisa-bisa dia mengenaliku dan membawa pasukannya untuk membinasakanku. Kutarik tangan enny yang masih terbengong dengan ulahku kemudian kabur meninggalkan TKP untuk menghindari hal buruk lainnya.

Sampai di tempat yang aman kami beristirahat setelah melakukan langkah seribu melarikan diri dari kejaran musuh, meski aku tak yakin apakah dia mengejarku atau tidak. Senyum puas mengembang atas kemenanganku pertama kali melawan tukang mabuk, menyerangnya dari belakang dan buru-buru kabur sebelum musuh mengatakan kata menyerah, memang tidak jantan tapi emangnya gue pikirin.

Di tengah-tengah kesibukanku mengatur nafas yang terputus-putus, wanita itu mengucapkan terima kasih dan mengenalkan diri dengan nama Enny Rastiani. Sungguh seakan aku telah jadi pahlawan waktu itu.

"Tapi seharusnya tak perlu bertindak sejauh itu kan?", belum puas hati melayang keburu jatuh dengan ucapan bernada seakan mau bilang aku tadi bisa mengatasinya sendiri tanpa bantuanmu. Sungguh tidak menghargai usaha setengah mati perjuanganku. Tapi kupikir-pikir lagi memang tak seharusnya tidak dengan pukulan buta hanya untuk menolongnya lepas dari gangguan pemabuk tak berdaya itu. Tidak, aku hanya ingin melampiaskan kemarahanku saja, lagi pula siapa yang mau menolongmu dasar wanita sombong tak tahu berterima kasih, hampir saja kata-kata itu keluar kalau bukan karena nafasku yang masih berkejaran.

Aku hanya diam tak menanggapi ucapannya, karna sedikit tersinggung ku tinggalkan Enny begitu saja. Dan sudah menjadi kebiasaanku bersikap dingin terhadap wanita, demi menjalankan komitmenku stay away from women and love.

Belum jauh ku melangkah Enny mengejarku dan meminta maaf atas ucapannya tadi, rupanya dia sadar telah membuatku tersinggung, tapi sedikit, dan sekali lagi aku merasa menang dengan dia meminta maaf.

Dari situlah aku bertemu dan mengenalnya dengan baik. Tanpa terasa aku makin akrab dengannya sebab dia sering berkunjung ketempatku. Dihitung-hitung baru kali ini aku memiliki teman sebaik dan seramah Enny, yang membuatku sedikit kagum adalah kekebalannya dalam menghadapi orang yang sedingin dan secuek aku.

Dia selalu memberikan perhatiannya untukku Aku merasa betah berlama-lama dengan dia meski tak kutunjukkan sikap ramahku . Dan sisi lain dari diriku pun sering kali menyuruhku menjauh darinya sebelum perasaan suka benar-benar tumbuh. Aku tahu kami jauh berbeda, selama ini aku selalu berusaha menganggap hubungan ini hanya sebatas teman atau hanya karena kasihan.

Dan benar rupanya, hanya masalah waktu akhirnya dia pergi, tidak lagi muncul di hadapanku.Tanpa sempat mengantisipasi, sebab terlena oleh pengalaman yang belum pernah menghampiriku selama ini. ku nodai komitmen yang susah payah kubangun demi menjaga diriku dari virus cinta. Apakah Enny yang terlalu kejam dengan mudahnya mendekati dan meninggalkanku tanpa mengerti perasaanku. Ataukah aku yang terlalu sembrono membiarkannya hadir di tengah dunia sempit penuh ilusi dalam hidupku.

Dan sekarang sudah hampir satu bulan dia tak pernah memberiku kabar dan parahnya aku tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku masih berharap padanya. Yang membuatku lebih sakit bahwa harapan itu jelas jelas kosong untukku. Aku merasa dikhianati meski tak pernah ada janji yang terucap. Aku lebih sering menyalahkan diri sendiri atas kelemahan dan kebodohanku. Baik karena telah bertemu dengan Enny atau karena tak pernah menolak ajakannya untuk berteman.

Bagaimana aku harus menyebutnya, sebuah kenangan indah, ataukah penyesalan sebagai pelajaran?.